.....
Beberapa hari sebelum tutupnya bulan ramadhan, sebut saja "mereka", aku menyebutnya "mereka" bukan "mawar" (nama yang sering digunakan untuk menyamarkan nama asli pelaku kejahatan), karena yang ku maksud ini bukan perempuan dan tidak hanya satu orang. *oke lanjuut..
Mereka bukan menyibukkan diri dalam hal memperbanyak amal dihari-hari terakhir ramadhan. Melainkaan... Sibuk meracik beberapa bahan.. Bukan meracik bahan yang digunakan untuk membuat opor ayam, gudeg, sambel goreng ati ataupun makanan lebaran yang lain. Ini beda, dari jauh bentuknya seperti lumpia belum digoreng. "Mereka" yang ku maksud adalah "penggila petasan atau mercon". Sebelum malam takbiran datang, si penggila petasan ini sibuk membuat petasan. Ini tidak hanya satu dua petasan, tapi berkardus-kardus petasan dibuat mereka, bahkan ada yang membuatnya dengan ukuran jumbo.. Untuk selanjutnya aku sebut petasan ini mercon.
Dengan dalih merayakan kemenangan dan meramaikan takbiran, mereka saling perang mercon. Dar der dar der. Pfft..
Namun, Inikah sebuah perayaan kemenangan sesungguhnya? Ku rasa bukan! Sebuah "Perayaan" berlebihan dan tidak seharusnya. Aku bilang seperti ini bukan karena aku membenci mercon, lantas bilang mercon haram. Menurutku bolehlah menyalakan mercon tapi jangan berlebihan begini. Ingat! Segala sesuatu yang berlebihan itu nggak baik bukan?
Bukan gema takbir yang mereka banyak ucapkan, namun gema suara mercon yang mereka ciptakan. Melontarkan kata-kata yang tidak seharusnya, tertawa terbahak-bahak, dan yang lebih ngeri lagi mereka merayakan bersama dengan minuman keras. *mungkin yang seperti ini tidak semua tempat terjadi.
Berandai-andai, Seandainya bisa nengok suasana malam lebaran simbah-simbah dulu. Kalau ada mesin waktu, aku udah pergi kesana sambil membawa handycam untuk merekamnya.
Sadarilah.. Bersyukurlah.. Kita mampu merayakan malam kemenangan beserta hari raya idul fitri dengan bebas leluasa. Tengoklah saudara muslim kita ditempat lain, apakah disana mereka bisa menyalakan berkardus-kardus petasan seperti disini?
Lihat saudara muslim kita di Papua. Disaat kita mampu melakukan sholat ied dengan leluasa dan tenang, mereka tak bisa melakukannya. Miris :'( saat sholat, masjid mereka dibakar. Coba bayangkan itu terjadi di kita.
Sumber gambar : pkspiyungan.org
Lihatlah saudara muslim kita yang lain, muslim rohingya yang ada di aceh, pertamakalinya ia bisa menunaikan sholat ied. Apakah mereka menyambut lebaran ini dengan berpuluh-puluh petasan? Tidak! Mereka saling berpelukan, merayakannya penuh syukur dengan tangis bahagia dan sedih. Sedih saat mereka tidak mampu merayakan lebaran dengan keluarga yang utuh.
Sumber gambar : benarnews.org
Lihatlah saudara muslim kita yang kekurangan, untuk membeli baju, ketupat atau makanan lebaran lain mereka tak sanggup. Sedangkan disini? Beratus-ratus ribu duit dikeluarkan untuk dibakar. Yaa.. Untuk membuat petasan.
.....
Dan memang beginilah kita, termasuk aku sendiri.. Kita disini diberi nikmat waktu luang, leluasa dan nyaman, tapii.. kita masih saja lalai untuk bersyukur dan terus menuruti hawa nafsu. Astaghfirullahal'adzim..
.....
ini hanya coretan iseng, maaf jika ada kata yang salah dan menyinggung.. :)