Selasa, 21 Oktober 2014

Alunan Suara Penggetar Jagat Raya

Petang datang bersama warnanya yang tampak menghitam,
berpapasan dengan kemerah-merahannya sang surya,
yang tampak ragu-ragu lenyap dalam singgasana,
disusul suara menggema,
yang menggetarkan jagat raya, membungkam indera suara,
menggerakkan hati dan telinga,
tuk nikmati alunan suara dalam melodi cinta Illah,
yaa.. itulah panggilan illahi kepada umat Nya,

panggilan adzan di waktu petang,
lagu terindah, lagu termewah,
penciptaannya butuh pengorbanan jiwa raga,
butuk keistiqomahan yang berlandaskan cinta,
yang tercipta dari mulut sang mujahid,
Bilal Bin Rabbah,
dialah Al Muadzinul Awal,
sang pemilik suara lantang nan merdu,
walau suara tak serapih batasnya,
namun hatinya kokoh,
menyerukan agama setulus jiwa,

Kumandang adzan,
seruan umat tuk rehat sejenak,
menikmati ketenangan bercengkrama dengan Sang Sutradara Kehidupan,
khusyuk beribadah,
mengadukan segala resah dan gelisah,
mensyukuri segala rahmat yang tak terjamah,
-icrimafbn

Rindu

Setitik Cahya Mu yang bermakna,
laksana bulan dikegelapan malam,
jiwa yang gelap, haus akan rahmat,
hati yang beku, rindu akan dekapan Mu,

Tuhanku, Yaa Allah Yaa Kariim,
aku hanyalah hamba yang dzalim,
tak ku rasakan lagi melodi-melodi indah mengaliri nadi,
menembus dalam-dalam, menuju ke arah rongga hati,
entah.. jiwaku seakan pergi,
tak bisa lagi kuresapi, alunan melodi pada kalam Mu,
aku rindu,
rindu akan kasih Mu,
tak kusadari bahwa ku tlah jauh pergi,
tersesat di lorong jalan yang seakan tak berujung,
yaa.. seakan di labirin yang sulit ku tuk temukan ujungnya,
entah.. berapa lama jiwa ini terlena,
terlena akan kesibukkan dunia,

Tuhanku, selamatkanlah jiwa ini,
lelehkanlah hati yang beku,
dengan pancaran sinar Mu,
aku yang bingung tak tau arah dan jalan,
aku yang merasa hampa, bahkan mati rasa,
ku rindukan kekhusyukan dalam setiap ibadahku,
yaa.. aku rindu rasa itu,
belaian "tangan" Mu, 
dan kehadiran Mu yang rasanya laksana hujan yang jatuh di tanah tandus,
laksana embun penyejuk yang menunggu datangnya sang surya,
laksana air yang mengalir di kerongkonganku yang kering,

Yaa.. kariim, Yaa Muqallibal quluub,
Tsabbit qalbi 'ala diinika..
aku rindu..aku rindu..
rindu hadir Mu dalam setiap nafasku.. 
-icrimafbn