Sebagai hamba yang ta’at, kita harus harus
memiliki sikap yang benar tatkala terjatuh ke dalam dosa dan maksiat karena tidak ada manusia yang ma’shum
(terjaga) dari kesalahan/ dosa terkecuali rasulullah. Seperti yang pernah disabdakan oleh beliau yang artinya, “Setiap anak cucu Adam pasti
pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang
bersalah ialah orang yang banyak bertaubat.” (H.R. At-Tirmidzi,
hasan). Oleh karena itu, hendaknya kita segera memohon ampun kepada Allah ta’ala.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ”Berlomba-lombalah
kamu kepada ampunan Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang
disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al
Hadid: 21)
1.
Pengertian
Secara Bahasa taubat berasal bahasa
Arab taaba – yatuubu – taubatan yang berarti kembali. Maksudnya, kembali
dari segala yang tercela menurut agama Islam , menuju semua hal yang terpuji.
Taubat apabila dibahasakan secara
ringkas adalah meninggalkan atau menyesali dosa dan berjanji tidak
mengulanginya lagi (penyesalan atas semua perbuatan tercela yang pernah dilakukan).
Taubat ialah kembali taat kepada Allah
s.w.t dan menyesal dengan bersungguh-sungguh terhadap dosa yang telah dilakukan baik dosa besar maupun dosa kecil serta memohon keampunan dari Allah. Setiap individu diperintahkan
bertaubat untuk menyucikan diri dari dosa besar dan kecil, baik dilakukan
dengan sengaja mahupun tidak.
2. Syarat diterimanya taubat:
a) Menyesal terhadap perbuatan
maksiat yang telah diperbuat.
b) Meninggalkan perbuatan
maksiat itu.
c) Bertekad dan berjanji
dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi perbuatan maksiat itu.
d) Mengikutinya dengan
perbuatan baik. Karena perbuatan baik akan menghapus keburukan. (lihat Q.S.
Hud, 11 : 114)
“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat.”
Namun, apabila dosanya dilakukan terhadap sesama manusia,
maka harus ditambah dengan dua syarat, yaitu:
a) Meminta maaf terhadap
orang yang dizalimi (dianiaya) atau dirugikan.
b) Mengganti kerugian
setimbang dengan kerugian yang dialaminya, yang diakibatkan perbuatan dholim atau meminta kerelaannya.
3. Tujuan dan Keutamaan Taubat
a)
Meraih
kecintaan Allah ‘azza wa jalla dan disucikan dirinya dari segala dosa-dosa,
yang kemudian akan ia peroleh surga dan selamat dari siksa.
"Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri." (QS. Al Baqarah: 222)”
“……kecuali
orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh
maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka
tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59 – 60)”
b)
Turunnya
ampunan atas kesalahan-kesalahannya.
“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha
mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
c) Dengan taubat seseorang
akan dilapangkan rezki dan dimudahkan segala urusannya oleh Allah. Dengan
demikian orang yang bertaubat akan ia peroleh keberuntungan Allah Swt.
“Dan bertaubatlah
kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An
Nuur: 31).
4. Tidak diterimanya taubat
Apabila seseorang hamba bertaubat kepada Allah S.W.T.
dengan bersungguh sungguh dan beserta dengan hati yang ikhlas, sudah pasti
Allah akan menerima taubat hamba-Nya. Tetapi terdapat beberapa keadaan dan masa
tertentu yang mana pada ketika itu, taubat seseorang hamba tidak akan diterima
oleh Allah S.W.T.
Ingatlah
akan pesanan Allah S.W.T. dalam Al-Quran agar kita segera bertaubat sebelum
tiba masa dan keadaan di mana taubat tidak lagi diterima. Seperti firman Allah
dalam Surah Az-Zumar ayat 54 yang artinya:
“Dan kembalilah
kamu kepada Tuhan kamu dengan bertaubat, serta berserah bulat-bulat kepada-Nya,
sebelum kamu didatangi azab; kerana sesudah itu kamu tidak akan diberikan
pertolongan.”
a) Nazak
Kebanyakan
manusia yang akan mengingat Allah S.W.T. apabila datangnya sakit. Pada saat dan
ketika inilah mereka akan ingat terhadap Allah S.W.T. Pada saat inilah mereka
akan bertaubat, akan meninggalkan segala perbuatan dosa yang telah dilakukan
dan apabila mereka sehat semula, mereka lupa akan janji mereka semasa sakit.
Ingatlah
Allah S.W.T. tidak akan menerima taubat hamba-Nya apabila roh sudah sampai ke
kerongkong atau dalam keadaan nazak. Rasulullah S.A.W. bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama ruhnya
belum sampai ke kerongkongan.” (HR.
At-Tirmizi no. 1531, Ibnu Majah no. 3407, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani
dalam Shahih Al-Jami’ no. 1309)
b)
Terancam Nyawanya
Manusia yang telah berada dalam bahaya dan
dirasakan akan mati, dan pada ketika itu, mereka
bertaubat kepada Allah, maka Allah tidak akan menerima taubat hamba-Nya.
Firman Allah S.W.T. dalam Surah An-Nissa ayat
18, maksudnya:
“Dan tidak ada gunanya taubat itu kepada
orang-orang yang selalu melakukan kejahatan, hingga apabila salah seorang dari
mereka hampir mati, berkatalah ia: “Sesungguhnya aku bertaubat sekarang ini.”
(sedang taubatnya itu sudah terlambat), dan (demikian juga halnya) orang-orang
yang mati sedang mereka tetap kafir. Orang-orang yang demikian, Kami telah
sediakan bagi mereka azab seksa yang tidak terperi sakitnya.”
c) Hampir
Kiamat
Apabila Kiamat bakal menjelma, Allah tidak akan
menerima taubat hamba-Nya. Antara tanda Kiamat Kubra adalah apabila matahari
terbit dari arah tempat terbenamnya ia, iaitu barat. Dan apabila matahari
terbit dari barat, ketika itulah Kiamat menjelma dan ketika itu jugalah taubat
hamba-Nya tidak diterima oleh Allah S.W.T.
"Pada hari datangnya sebagian
tanda-tanda Rabb-mu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya
sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan
dalam masa imannya. Katakanlah: ‘Tunggulah oleh kalian sesungguhnya kamipun
menunggu (pula)’." (Al-An’am: 158)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar