Jumat, 03 Oktober 2014

Taubat

Sebagai hamba yang ta’at, kita harus harus memiliki sikap yang benar tatkala terjatuh ke dalam dosa dan maksiat karena tidak ada manusia yang ma’shum (terjaga) dari kesalahan/ dosa terkecuali rasulullah. Seperti yang pernah disabdakan oleh beliau  yang artinya, “Setiap anak cucu Adam pasti pernah berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang bersalah ialah orang yang banyak bertaubat.” (H.R. At-Tirmidzi, hasan). Oleh karena itu, hendaknya kita segera memohon ampun kepada Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ”Berlomba-lombalah kamu kepada ampunan Rabbmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al Hadid: 21)

1.      Pengertian
           Secara Bahasa taubat berasal bahasa Arab taaba – yatuubu – taubatan yang berarti kembali. Maksudnya, kembali dari segala yang tercela menurut agama Islam , menuju semua hal yang terpuji.
           Taubat apabila dibahasakan secara ringkas adalah meninggalkan atau menyesali dosa dan berjanji tidak mengulanginya lagi (penyesalan atas semua perbuatan tercela yang pernah dilakukan).
           Taubat ialah kembali taat kepada Allah s.w.t dan menyesal dengan bersungguh-sungguh terhadap dosa yang telah dilakukan baik dosa besar maupun dosa kecil serta memohon keampunan dari Allah. Setiap individu diperintahkan bertaubat untuk menyucikan diri dari dosa besar dan kecil, baik dilakukan dengan sengaja mahupun tidak.
2.      Syarat diterimanya taubat:
a)   Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat.
b)   Meninggalkan perbuatan maksiat itu.
c)   Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan mengulangi lagi perbuatan maksiat itu.
d)   Mengikutinya dengan perbuatan baik. Karena perbuatan baik akan menghapus keburukan. (lihat Q.S. Hud, 11 : 114)
“Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.”
      Namun, apabila dosanya  dilakukan terhadap sesama manusia, maka harus ditambah dengan dua syarat, yaitu:
a)    Meminta maaf terhadap orang yang dizalimi (dianiaya) atau dirugikan.
b)    Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya, yang diakibatkan    perbuatan dholim atau meminta kerelaannya.
3.      Tujuan dan Keutamaan Taubat
a)         Meraih kecintaan Allah ‘azza wa jalla dan disucikan dirinya dari segala dosa-dosa, yang kemudian akan ia peroleh surga dan selamat dari siksa.
"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." (QS. Al Baqarah: 222)”
“……kecuali orang-orang yang bertaubat di antara mereka, dan beriman serta beramal saleh maka mereka itulah orang-orang yang akan masuk ke dalam surga dan mereka tidaklah dianiaya barang sedikit pun.” (QS. Maryam: 59 – 60)”
b)        Turunnya ampunan atas kesalahan-kesalahannya.
“Dialah Allah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan Maha mengampuni berbagai kesalahan.” (QS. Asy Syuura: 25)
c)    Dengan taubat seseorang akan dilapangkan rezki dan dimudahkan segala urusannya oleh Allah. Dengan demikian orang yang bertaubat akan ia peroleh keberuntungan Allah Swt.
       “Dan bertaubatlah kepada Allah wahai semua orang yang beriman, supaya kalian beruntung.” (QS. An Nuur: 31).
4.    Tidak diterimanya taubat
                 Apabila seseorang hamba bertaubat kepada Allah S.W.T. dengan bersungguh sungguh dan beserta dengan hati yang ikhlas, sudah pasti Allah akan menerima taubat hamba-Nya. Tetapi terdapat beberapa keadaan dan masa tertentu yang mana pada ketika itu, taubat seseorang hamba tidak akan diterima oleh Allah S.W.T.
                 Ingatlah akan pesanan Allah S.W.T. dalam Al-Quran agar kita segera bertaubat sebelum tiba masa dan keadaan di mana taubat tidak lagi diterima. Seperti firman Allah dalam Surah Az-Zumar ayat 54 yang artinya:
            “Dan kembalilah kamu kepada Tuhan kamu dengan bertaubat, serta berserah bulat-bulat kepada-Nya, sebelum kamu didatangi azab; kerana sesudah itu kamu tidak akan diberikan pertolongan.”
            a)  Nazak
                 Kebanyakan manusia yang akan mengingat Allah S.W.T. apabila datangnya sakit. Pada saat dan ketika inilah mereka akan ingat terhadap Allah S.W.T. Pada saat inilah mereka akan bertaubat, akan meninggalkan segala perbuatan dosa yang telah dilakukan dan apabila mereka sehat semula, mereka lupa akan janji mereka semasa sakit.
                 Ingatlah Allah S.W.T. tidak akan menerima taubat hamba-Nya apabila roh sudah sampai ke kerongkong atau dalam keadaan nazak. Rasulullah S.A.W. bersabda:
        
إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama ruhnya belum sampai ke kerongkongan.” (HR. At-Tirmizi no. 1531, Ibnu Majah no. 3407, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 1309)
b) Terancam Nyawanya
Manusia yang telah berada dalam bahaya dan dirasakan akan mati, dan pada ketika itu,        mereka bertaubat kepada Allah, maka Allah tidak akan menerima taubat hamba-Nya.
Firman Allah S.W.T. dalam Surah An-Nissa ayat 18, maksudnya:
   “Dan tidak ada gunanya taubat itu kepada orang-orang yang selalu melakukan kejahatan, hingga apabila salah seorang dari mereka hampir mati, berkatalah ia: “Sesungguhnya aku bertaubat sekarang ini.” (sedang taubatnya itu sudah terlambat), dan (demikian juga halnya) orang-orang yang mati sedang mereka tetap kafir. Orang-orang yang demikian, Kami telah sediakan bagi mereka azab seksa yang tidak terperi sakitnya.”
c) Hampir Kiamat
                   Apabila Kiamat bakal menjelma, Allah tidak akan menerima taubat hamba-Nya. Antara tanda Kiamat Kubra adalah apabila matahari terbit dari arah tempat terbenamnya ia, iaitu barat. Dan apabila matahari terbit dari barat, ketika itulah Kiamat menjelma dan ketika itu jugalah taubat hamba-Nya tidak diterima oleh Allah S.W.T.
     "Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabb-mu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: ‘Tunggulah oleh kalian sesungguhnya kamipun menunggu (pula)’." (Al-An’am: 158)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar